Gelombang Ombak

Bookmark and Share
Rasanya memang melegakan jika kita dapat merealisir apa pun jua yang ada dalam responsibilitas kita. Memfinalkan segala hal yang harus difinalkan. Responsibilitas tetap selalu jadi tugas berat dalam rutinitas perjalanan yang sedang kita tempuh tapi kebahagiaan yang eternal tetap jadi pijakan dalam menjalani dan memfinalkan berbagai responsibilitas yang begitu menjenuhkan dan mebosankan-yang terkadang membonsai kreatifitas-kreatifitas diri yang inspiratif, jujur dan jenaka.
Kembali ke dasar pijakan awal dalam menapaki dan menjalani kehidupan menjadi prinsip yang tidak tergoyahkan, karena berbagai tantangan, godaan, dan hantaman keras yang dapat mereduksi diri kita untuk menjadi galau dan disoriented. Ingat pada Tuhan dan menjalankan apa yang diperintahkan adalah tugas yang harus dijalankan secara bijaksana dan arif. Mengkaji kehidupan dan al-Qur'an adalah kompleksitas yang tidak mudah kendati kita dalam menjalani kehidupan itu sendiri penuh tantangan yang berliku penuh dengan berbagai gejolak dan gelombang yang begitu emosional, subyektif dan destruktif.
Kedangkalan dalam berpikir dan kebodohan tanpa dipikir secara cermat dan bijaksana akan menjerumuskan kita pada lubang kesengsaraan dan kemaksiatan. Lembah kemaksiatan karena berpikir dangkal dan tindakan reaktif destruktif menampakkan ketidakstabilan jiwa dan kedewasaan dalam beragama dan berpikir.
Mendalami dan merenungi ayat-ayat suci al-Quran secara utuh dan mendalam untuk dibumikan di tengah realitas kehidupan tidaklah segampang yang dipikirkan bisa-bisa membawa makna yang fragmental-parsial yang dapat menjauhkan dari tujuan dan semangat al-Qur'an itu sendiri.
Menjadi solusi dari problem kehidupan adalah kebijaksanaan yang tinggi. Sudah sewajarnyalah kontribusi-kontribusi dalam berbagai aspek dan ranah kehidupan harus diapresiasi agar nilai-nilai humanitas kita yang bersifat welas asih dan empatetik tetap tumbuh dan berkembang. Kehidupan yang beraneka ragam dan warna adalah anugerah serta kekayaan, semua akan dinilai oleh Tuhan akan kebeningan hati nuraninya dalam menjalani hidup ini.
Kompleksitas dan keanekaragaman kita melatih hati yang suci dan bersih dari berbagai debu dan asap yang reduktif. Hati yag suci harus kita pertahankan dari berbagai godaan dan tantangan duniawi yang menyilaukan dan melalaikan dari niat suci hati kita di dunia ini. Hedonisme dan materialisme membawa pribadi menjadi teralienasi dengan dirinya sendiri (disoriented). Core value dari tindakan dan kehidupannya terabaikan dan terlalaikan, lebih cepat stres, emosional, galau, dan egoistis. Worldviewnya terhadap kehidupan sangat mekanistis dan materialistis, itu semua dapat dilihat dari cara bertutur dan berfikirnya yang lebih dominan dan mengedepankan persoalan-persoalan tersebut.
Niatan awal dalam memulai sesuatu harus dijadikan pijakan dan prinsip dalam mengarungi kehidupan ini yang penuh akan nuansa kompleksitas yang begitu menggoda, menyilaukan, menjerumuskan pada jurang-jurang kedangkalan dalam berpikir serta membuat seseorang galau, resah dan disorientasi dalam memandang kehidupan ini.
Bersyukurlah pada Tuhan atas capaian-capaian yang kita raih dan hargailah berbagai perbedaan dalam diri dan makhluk lain agar lahir dan tumbuh humanitas kita dalam berkehidupan. Terakhir positiflah pada kehidupan dan hargailah apa pun yang telah mereka kontribusikan sebab semua itu diukur Tuhan yang mana kita saja tidak dapat mengukurnya sebab hati manusia hanyalah Tuhan yang tahu. Bersihkan hati pribadi kita dari berbagai kotoran-kotoran yang menjijikkan dan dangkal (sinisme) karena kekayaan hati harus selalu dilatih dan ditumbuhkan dengan kejujuran dan welas asih.  

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar